Lombok Utara NTB - Permasalahan air bersih di Kawasan tiga Gili yang menghantui warga dan para pelaku usaha dalam beberapa minggu belakangan ini terutama di Gili Trawangan akhirnya telah berakhir. Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) berhasil meyakinkan PT Tiara Citra Nirwana (TCN) untuk membuka kembali pasokan distribusi air bersih di Gili Trawangan. Dan sejak Kamis sore (27/6/2024), warga dan para pelaku usaha di Gili Trawangan sudah dapat menikmati kembali layanan air bersih.
“Alhamdulillah air bersih di Gili Trawangan sudah mengalir kembali sejak Kamis Sore (27/6/2024), ” ujar Dirut PDAM Amerta Dayan Gunung Firmansyah, S.T pada awak media.
Terkait dengan adanya penolakan warga Gili Meno soal pengeboran dilakukan oleh pihak ketiga (PT TCN) yang akan menyediakan air, Firmansyah, ST menyatakan sangat perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intens lagi dengan memberikan pemahaman oleh para stake holders serta mendengarkan keinginan dari para warga. Selain itu penting juga dilakukan pelurusan informasi terkait aktifitas pengeboran yang dilakukan PT TCN di Gili Trawangan agar warga tidak salah dalam mendapatkan informasi.
Karena kebutuhan akan air bersih ini menjadi hal penting bagi kelangsungan hidup warga masyarakat dan para pelaku usaha di Kawasan tiga Gili.
Aktifitas pengeboran yang dilakukan PT TCN di Gili Trawangan adalah pengeboran horizontal ke arah laut untuk memasang pipa yang akan digunakan menyalurkan/mengalirkan air laut (bukan pengeboran vertical untuk mengambil air tanah) menuju kolam penampungan, selanjutnya air laut yang tertampung dalam kolam penampungan tersebut yang kemudian diproduksi dengan cara disuling menjadi air bersih siap konsumsi. Perlu diketahui bersama bahwa Proses pengambilan air laut yang dilakukan PT TCN tidak dilakukan dengan menggunakan pipa permukaan.
Alasannya karena dikhawatirkan kedepannya akan mengganggu hasil produksi PT TCN (sebab pengambilan air laut dengan menggunakan pipa permukaan akan dipengaruhi oleh pasang surut air laut), selain itu juga tidak disarankan dalam proses pengambilan air laut dilakukan dengan teknik penyedotan menggunakan mesin pompa, karena pada saat proses penyedotan dengan pompa akan merusak ekosistem serta biota laut lainnya (ikut tersedot).
Selain itu apabila pengambilan air laut dengan menggunakan pipa permukaan juga sangat mengganggu pemandangan/estetika sebab pipa akan sangat jelas terlihat melintang dipermukaan yang justru akan mengundang perhatian dan tanda tanya para wisatawan”. Jelasnya.
Firmansyah, ST menambahkan bahwa dalam proses pengeboran pipa tersebut tentunya akan menimbulkan/menghasilkan lumpur dari sisa aktifitas pengeborannya, namun aktifitas pengeboran tersebut hanya sementara saja sampai dengan pemasangan pipa selesai dilakukan. Setelah itu PT. TCN akan melakukan normalisasi dan pembersihan lumpur hasil pengeboran tersebut di lokasi tempat pembuangan lumpur tersebut.
Baca juga:
Tim Tanggap Bencana Gelar Apel Kesiapan
|
“Dalam dokumen Amdal dan dokumen perjanjiannya PT. TCN berkewajiban untuk melakukan normalisasi/pembersihan terumbu karang dari lumpur sisa pengeboran tersebut, dan itu semua akan dilakukan sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab PT. TCN terhadap kelestarian ekosistem dan lingkungan laut sekitar.” Ungkapnya.
Sampai dengan saat ini Pemda KLU dan PDAM Amerta Dayan Gunung terus berupaya agar distribusi air bersih dikawasan tiga Gili normal kembali.
Karena pendistribusian air ke Gili Trawangan yang sudah jalan, maka tinggal melanjutkan di Gili Meno. Pemda KLU akan memfasilitasi Pasokan air bersih di Gili Meno dengan mengedepankan Dinas PUPR KLU, sedangkan pihak PDAM Amerta Dayan Gunung hanya akan menyiapkan air bersihnya untuk didistribusikan kepada warga dan para pelaku usaha di Gili Meno.
Firmansyah, ST berharap, permasalahan krisis air bersih dikawasan tiga Gili ini tidak akan terjadi lagi kedepannya. Karena, akan memberi dampak yang sangat terasa dan signifikan terhadap sektor pariwisata yang berakibat terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Tidak sedikit wisatawan asing maupun domestik yang akan berlibur ke Kawasan tiga Gili tersebut menunda atau bahkan mengalihkan tujuan perjalanan wisatanya ke daerah lain.
“Kami berharap permasalahan ini (krisis air bersih di Kawasan tiga Gili) menjadi permasalahan yang terakhir dan tidak akan terjadi/terulang lagi, kami akan terus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan kami di(Kawasan tiga Gili). Namun kami juga mengharapkan agar Pemda KLU, para stake Holder terkait dan warga masyarakat untuk mendukung kami dalam memberikan pelayanan terbaik tersebut, yang pada akhirnya akan mempengaruhi juga sektor pariwisata dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan baik Asing maupun domestic menuju Kawasan tiga Gili.” Tutupnya. (Adb)